Isi perut vs kelestarian Lingkungan

Kelestarian lingkungan itu penting, tapi isi perut juga penting. Yach.. memang agak berat kalo kita sudah berbicara masalah isi perut. Dilain sisi perut memang harus segera diisi ketika sudah lapar, tapi banyak orang yang kerepotan mendapatkan sarana untuk bisa membeli/mendapatkan isi perut, sedangkan disisi lain kerusakan alam semakin parah hanya untuk alasan demi isi perut. Kerusakan alam akibat aktivitas penambangan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan kerap kita jumpai di masyarakat sekitar kita.

Adanya peraturan dari pemerintah yang memperketat proses penambangan diharapkan akan bisa menjaga kelestarian alam yang ada. Sebagai contoh kawasan pegunungan seribu yang ada di Gunungkidul yogyakarta. Disana kita bisa melihat deretan bukit bukit kecil yang terdiri dari batu kapur. Mungkin hanya satu-satunya di bumi ini wilayah yang mempunyai bukit-bukit seperti ini. Namun karena alasan demi isi perut an demi isi periuk nasi maka tidak sedikit yang menambang bukit pegunungan seribu untuk dijual. Dalam hal ini yang untung besar adalah perusahaan penambangnya sedangkan masyarakat sekitar paling hanya mendapat upah atas pekerjaan mereka. dalam jangka pendek menurut saya Okelah itu menguntungkan masyarakat.

Namun mari kita lihat lagi apakah yang terjadi setelah penambangan selesai.. Tidak sedikit tempat yang menganga akibat penambangan yang telah dilakukan tanpa melakukan normalisasi kembali lahan yang habis di tambang. kawasan yang gersang dan setelah ditambang diambil hasilnya menjadi kawasan yang semakin gersang. Menurut beberapa opini masyarakat bahwa akibat penambangan yang tidak memperhatikan lingkungan dan hanya mengedepankan demi isi perut tersebut telah mengakibatkan semakin menurunnya air tanah (air tanah semalakin dalam) yang ada di sekitar lingkungan penambangan. Hal ini sangat logis karena tanah yang selama ini menjadi tempat air meresap telah dibuka dan bahkan digali batuannya (ada yang pernah bilang kalau penambangan ada yang sampai kedalaman 12 meter)

Berkaitan dengan kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari penambangan yang hanya mengedepankan isi perut tersebut, Pemerintah semakin memperketat aturan yang mengatur masalah pertambangan bahan tambang galian C. Masih tersendatnya proses aturan yang dibuat membuat penambangan tidak bisa dilakukan karena ijin yang belum keluar. Hal ini memicu terjadinya demo yang dilakukan oleh sebagian warga yang sempat terjadi sebagai contoh yang terjadi di alun-alun wonosari Gunungkidul. pada hari Selasa 5 Juli 2011 Pada dasarnya mereka menuntut agar segera bisa melakukan penambangan lagi agar kehidupan mereka bisa tercukjupi kembali. Di satu sisi memang aktivitas penambangan menjadi mata pencaharian bagi masyarakat di sana tetapi disisi lain mengingat dampak jangka panjang yang cukup serius maka diperlukan kebijakan yang benar-benar pas yang tidak merugikan berbagai pihak.

Keraifan dan kebijakan yang tepat itulah yang diperlukan agar semua bisa berjalan dengan baik, sehingga isi perut juga terpenuhi sedangkan kelestarian alam juga tetap terjaga. Tentunya diperlukan rasa handarbeni dan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan dari para pelaku penambangan dan masyarakat sekitar penambangan.

Ini hanya sekedar uneg-uneg saya yang gak mutu, yang mungkin bisa menjadi bahan renungan kita bersama.. mungkinnnn .. :)

Baca juga tips dan manfaat biopori

Post a Comment

0 Comments