Tidur nyenyak bikin anak sehat

Anak usia bawah tiga tahun merupakan masa pertumbuhan yang harus diperhatikan oleh orangtua. Salah satu di antaranya masalah tidur. Banyak orangtua yang tidak peduli dengan jumlah jam tidur anaknya. Padahal jumlah jam tidur yang kurang dari normal dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang otak.

"Tidur merupakan suatu kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang bayi atau batita. Namun, pada kenyataannya belum banyak orangtua yang menyadari bahwa tidur berkualitas merupakan hal yang sangat penting bagi mereka," kata dokter sepesialis anak yang juga Konsultan Tumbuh Kembang Anak, IDAI Jakarta, Rini Sekartini pada acara Rahasia tidur nyenyak si kecil bersama Johnson's baby belum lama ini.

Waktu tidur yang cukup itu sangat penting bagi bayi atau batita, karena saat tidur otak mengonsolidasi memori dan pengetahuan baru. Otot, kulit, sistem jatung dan pembuluh darah, metabolisme tubuh, dan tulang mengalami pertumbuhan pesat saat tidur kerena tubuhnya memproduksi hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan ketika dia terbangun.

"Anak yang tidur bagus sama dengan kesehatannya juga bagus," kata Rini.

Penelitian Sekartini dan kawan-kawan pada 2004-2005 di lima kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam) mengungkapkan bahwa 72,2% orangtua menganggap masalah tidur pada bayi atau batita bukan masalah atau hanya merupakan masalah kecil.

Jumlah jam tidur berbeda sesuai dengan tingkat umurnya. Bayi baru lahir biasanya tidur selama 16-20 jam per hari, bayi usia 2-12 bulan jumlah waktu tidurnya mencapai 9-12 jam pada malam hari dengan tidur siang 1-4 kali sehari.

Anak usia 12 bulan-3 tahun biasanya tidur 12-13 jam sehari dengan rata-rata tidur siang satu kali. Kalau sudah berusia di atas 4 tahun, seorang anak dapat tidak membutuhkan tidur siang lagi.

Agar bayi mudah tidur nyenyak
# Memandikan bayi/batita dengan air hangat
# Memijat lembut bayi/batita
# Melakukan aktivitas tenang seperti membaca dongeng, meninabobokan, atau memperdengarkan musik tenang sebelum menidurkan bayi/batita.

Rini mengatakan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tidur pada malam hari yaitu masalah fisik (maturasi otak, lapar-kenyang, kelainan terhadap gigi, telinga, kulit, saluran cerna, saluran napas, saluran kemih, otot, tulang), psikis (tahapan perkembangan anak, pola asuh, temperamen, aktivitas) dan faktor lingkungan. Hal itu dapat mengakibatkan anak rewel dan susah tidur, serta sering terbangun pada waktu malam.

Mengurangi aktivitas

Anak yang kurang tidur pada malam hari, maka pada siang hari suka mengantuk. Untuk menanggulangi masalah tidur, kata Rini, orangtua perlu memperhatikan kondisi fisik bayi atau batita. Kalau ada masalah harus segera diatasi, misalnya dengan mengurangi aktivitas fisik pada sore menjelang tidur.

Selain itu, perhatikan pula kondisi psikis dengan memperbaiki pola asuh, kualitas sentuhan, dan kenali temperamennya. Faktor lingkungan pun harus mendukung.

Menurut Rini, tidur merupakan perilaku yang dipelajari dan dapat dibentuk melalui rutinitas serta kebiasan tidur yang baik. "Paling ideal dimulai pada usia tiga hingga enam bulan."

Oleh kerena pentingnya waktu tidur bayi atau batita untuk tumbuh kembang, kata Manager Marketing Johnsons's baby Lita Sahbandar, sayang kalau usia emas tersebut tersiasia begitu saja. Untuk itu, pihaknya menghadirkan serangkaian produk Johnson's baby bedtime dengan bahan natural calm dari ekstrak jasmine blossoms yang secara klinis dapat membantu bayi/batita tidur lebih mudah dan nyenyak.

Berdasarkan penelitian klinis yang dilakukan Johnson & Johnson, kata Lita, dengan melakukan tiga langkah Johnson's baby bedtime secara teratur dapat membantu batita tidur lebih mudah dan nyenyak, yaitu, 37% mengurangi frekuensi batita terbangun di malam hari dan 37% mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menidurkan bayi/batita.

Masalah tidur itu dapat berpengaruh terhadap fisik, kognitif, dan gerak. Gangguan terhadap fisik dapat berupa gangguan pertumbuhan normal, pengeluaran hormon selama tidur, kerentanan fungsi imun, dan iregulasi sistem endokrin. Iregulasi metabolik dan kecelakaan sering terjadi pada anak yang mengantuk.

Efek terhadap kognitif dapat berupa kurang konsentrasi, kurang waspada yang bereaksi lambat, lemah memori, lambat mengambil keputusan untuk memecahan masalah, dan gangguan pembelajaran.

Bahkan, tidur yang bermasalah juga berpengaruh terhadap gerak kasar yang dapat lamban atau justru berlebihan, sedangkan pengaruhnya terhadap gerak halus dapat berupa kurang cermat atau ceroboh.

Sumber: Bisnis Indonesia

Post a Comment

0 Comments